Arti Mukadimah PSHT – Mengenal Makna dan Filosofi di Baliknya

PSHT, atau Persaudaraan Setia Hati Terate, adalah salah satu perguruan pencak silat yang memiliki sejarah dan budaya yang kaya. Di dalam PSHT, terdapat sebuah istilah yang sering kali disebut dalam setiap pertemuan atau acara, yaitu “mukadimah”. Dalam artikel ini, kita akan membahas arti sebenarnya dari mukadimah PSHT dan menggali lebih dalam mengenai makna dan filosofi di baliknya.

1. Pengertian Mukadimah PSHT

Mukadimah PSHT sebenarnya berasal dari bahasa Jawa yang berarti pengantar atau kata pembuka. Mukadimah ini biasanya diucapkan sebagai bentuk penghormatan kepada pendiri PSHT, Ki Ngabei Ageng Soerodimejo atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Bapak Terate.

2. Sejarah Mukadimah PSHT

Mukadimah PSHT pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Terate pada tahun 1922. Beliau menciptakan mukadimah ini sebagai bentuk penghargaan kepada para pendiri PSHT yang telah berjuang membangun perguruan ini.

3. Makna dan Filosofi Mukadimah PSHT

Mukadimah PSHT memiliki makna dan filosofi yang dalam. Setiap kata yang terkandung di dalamnya memiliki pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada seluruh anggota PSHT. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai makna dan filosofi dari mukadimah PSHT:

Artikel Lain:  Bahan-Bahan Membuat Lemari Kayu

4. “Setia Hati Terate”

Kata “Setia Hati Terate” merupakan inti dari mukadimah PSHT. Setia artinya loyal, hati melambangkan keberanian dan ketulusan, sedangkan Terate adalah nama tanah asal Bapak Terate. Pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya kesetiaan, keberanian, dan ketulusan dalam menjalani kehidupan.

5. “Kawulo Gusti”

Kata “Kawulo Gusti” memiliki arti sebagai hamba Tuhan. Dalam mukadimah PSHT, kata ini mengandung makna bahwa setiap anggota PSHT harus selalu mengingat dan menghormati Tuhan dalam setiap langkah hidupnya.

6. “Tansah Waspada”

“Tansah Waspada” berarti selalu waspada. Dalam konteks mukadimah PSHT, hal ini mengajarkan anggota PSHT untuk selalu siap dan waspada dalam menghadapi segala macam situasi dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

7. “Lar Anggenip”

Lar Anggenip adalah larangan yang harus dihindari oleh setiap anggota PSHT. Dalam mukadimah PSHT, terdapat beberapa larangan seperti larangan berbuat curang, merugikan orang lain, dan bertindak tidak adil.

8. “Pandhito Dhipuro”

Pandhito Dhipuro berarti pemimpin yang adil. Dalam mukadimah PSHT, setiap anggota diajarkan untuk menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, baik dalam perguruan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

9. “Sekar Sungsang”

Sekar Sungsang adalah bunga terbalik. Dalam mukadimah PSHT, bunga terbalik ini menggambarkan bahwa setiap anggota PSHT harus bersedia mengorbankan diri untuk kepentingan yang lebih besar, baik itu keluarga, masyarakat, atau bangsa.

Artikel Lain:  Like Instagram Free APK - Solusi untuk Meningkatkan Jumlah Like pada Instagram

10. “Bebas Aji Mumpung”

Bebas Aji Mumpung berarti bebas dari segala macam godaan dan nafsu duniawi yang dapat mengganggu kehidupan seorang anggota PSHT. Dalam mukadimah PSHT, anggota diajarkan untuk menjauhkan diri dari hal-hal negatif yang dapat merusak nilai-nilai kejujuran dan moralitas.

30. Kesimpulan

Dalam artikel ini, kita telah menjelajahi arti sebenarnya dari mukadimah PSHT, sebuah pengantar yang sering diucapkan dalam acara-acara PSHT. Mukadimah ini mengandung makna dan filosofi yang dalam, mengajarkan anggota PSHT tentang kesetiaan, keberanian, ketulusan, dan nilai-nilai moral yang tinggi. Dengan memahami dan menghayati mukadimah PSHT, diharapkan setiap anggota PSHT dapat menjadi individu yang lebih baik dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

Leave a Comment